Kamis, 07 Agustus 2014

Keterhijaban dan Baik Sangka

Ini sebuah kisah dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah karangan Salim A Fillah, ‘afwan ya lagi seneng banget posting dari buku DDU, soalnya emang kata-kata beliau dalam buku ini bener bener ngena buat saya, hanya sekedar berbagi dan mungkin mengingatkan. ^^
Yang punya bukunya mangga bisa diliat langsung di halaman 168, saya kutip full.. hehe :D
Yang ga punya bukunya, bisa dibaca dicatatan saya, selamat membacaaa ^^

Begini kisah yang beliau tuturkan

Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh

“Dimana keadilan Allaah?”, ujarnya. Telah lama aku memohon dan meminta padaNya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan padaNya. Kujauhi segala laranganNya. Kutegakkan yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shadaqah. Aku berdiri di waktu malam. Aku bersujud dikala Dhuha. Aku baca kalamNya. Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikuti jejak RasulNya. Tapi hingga kini Allaah belum mewujudkan harapanku itu sama sekali.”

Saya menatap iba, lalu tertunduk sedih.

“Padahal,” lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, “Ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan, wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya kotor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hai berikutnya segalanya telah terjadi. Semua yang dia minta didapatkannya. Dimana keadilan Allaah?”

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya. Saya bisa saja mengatakan, “Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlena! Jangan heran kalau do’amu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai berterbangan. Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya disisi Allaah karena dia merahasiakan amal shalihnya!”

Tapi saya sadar. Ini ujian dalam dekapan ukhuwah. Maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermaknabaginya daripada sekedar terinsyafkan sekaligus terluka. Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.
Maka saya katakan padanya, “Pernahkah engkau didatangi pengamen?”

“Maksudmu?”

“Ya, pengamen,” lanjut saya seiring senyum. “Pernah?”

“Iya, pernah.” Wjahnya serius. Matanya menatap saya lekat-lekat

“Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenampilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang, dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?”

“Segera kuberi uang”, jawabnya, “Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.”

“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang akan kau lakukan?”

“Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu.

“Lalu kuminta ia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi.”

Saya tertawa.

Dia tertawa.

“Kau mengerti kan?” tanya saya. “Bisa saja Allaah belaku begitu pada kita, para hambaNya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa, dan dibenciNya berd’a memohon padaNya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: ‘Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya.’”

“Tapi,” saya  melanjutkab sambil memastikan dia mencerna setiap kata, “Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah, maka mungkin saja Allaah akan berfirman pada malaikatNya: ‘Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sunggug Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdo’a, terus mengiba. Aku menyukai do’a-do’anya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusu’ dan tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak ingin dia menjauh dariKu setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintainya.’”

“Oh ya?” matanya berbinar. “Betul demikiankah yang terjadi padaku?”

“Hmm.. Pastinya aku tak tahu,” jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya. “Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”

Dan dia tersenyum. Alhamdulillaah

Nah sahabat, sudah dibaca sampai beres?? Kalau belum mengerti silahkan baca lagi sampai mengerti. Hehe..

Hikmahnya apa cobaaa??

Yup, mari kita berbaik sangka, berhusnudzan pada Allaah.. mungkin Allaah belum mengabulkan do’a kita karena Allaah senang dengan usaha kita agar Allaah mengabulkan pinta kita, atau mungkin Allaah ingin kita lebih berusaha keras untuk mendapat cinta Allaah sebelum pinta kita dikabulkan.

Dan pengingat juga bagi kita (terutama saya) jangan merasa berbangga diri jika pintanya sudah dikabulkan, karena bisa jadi posisi kita saat dikabulkan doa adalah saat posisi kita seperti pengamen yang suaranya sumbang dan berpenampilan berantakkan.

Intinya, baik kita yang belum dikabulkannya do’a ataupun sudah dikabulkannya do’a, yuuk sama-sama memperbaiki diri untuk menjadi seorang muslim sejati yang berusaha meraih cinta Allaah dan ayoo kita berhusnudzan pada takdir kita sekarang, yakin bahwa ini adalah rencana Allaah yang terbaik untuk kita jalani. Pasti ada hikmah yang Allaah ingin tunjukkan pada kita, agar kita bisa lebih dekat denganNya.

Jangan pernah berbikir apa yang kita alami itu sia-sia. Yang menjadi sia-sia adalah ketika kita tak berusaha untuk mengambil hikmah disetiap kejadian yang kita alami. Ya, semua itu pasti ada hikmahnya ^^

Ohiya satu lagiii.. ingat ayat ini??




"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
(Q.S. Muhammad:7)

kalau kata Tere Liye mah:
"Cukup percaya dengan dengan satu janjiNya, maka kehidupan di dunia ini akan terasa jauh lebih lebih indah. Semua akan terasa jauh lebih indah yakinlah!"

Semangat temaan-teman, Semangat untuk husnudzan, Semangat untuk memperbaiki diri, Semangat menggapai cita, Semangat Lillaah ^o^//

Sumber kisah ^^:
A. Fillaah, Salim. 2010. Dalam Dekapan Ukhuwah. Yogyakarta: Pro-U Media