Jumat, 01 Januari 2016

Eksperimen Listrik Magnet: Pengaman Lebur Sekring

LAPORAN EKSPLOR ALAT
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Laboratorium Fisika Sekolah I
Dosen Pengampu: Irma Rahma Suwarma, S.Si., M. Pd., Ph. D.




disusun oleh:

Citra Septiani Lestari              1301067
Ida Rachmawati                      1304275
Novia Suci Lestari                  1304963
Sarah Nadaipah                       1300699




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

PENGAMAN LEBUR/SEKRING


A.    Judul
Pengaman Lebur atau Sekering
B.     Tujuan
Mempelajari Cara Kerja Pengaman Lebur atau Sekring
C.    Alat dan Bahan
No
Kode Alat
Nama Alat
Jumlah
1
KAL 60
Catu Daya
1 buah
2
KAL 98
Kabel Penghubung
1 buah
3
FLS 20.01
Papan Rangkaian
1 buah
4
FLS 20.02
Jembatan Penghubung
7 buah
5
FLS 20.04
Saklar satu kutub
1 buah
6
FLS 20.11
Jepit Steaker
1 buah
7
FLS 20.06
Pemegang Lampu
1 buah
8
KAL 70/063
Bola Lampu 6V, 3W
1 buah
9
FLS 20.29/124
Kawat besi, sekring
1 buah
10

Kertas
1 buah

D.    Persiapan Percobaan

Keterangan :
1.      Memperiapkan peralatan sesuai dengan daftar alat/bahan
2.   Menyusun alat seperti pada gambar diatas. Dengan catatan saklar  masih dalam posisi terbuka
3.      Menghubungkan catu daya ke sumber tegangan
(alat masih dalam keadaan mati)
4.      Memilih tegangan pada catu daya (menyesuaikan dengan tegangan lampu).
5.      Menghubun rangkaian ke terminal catu daya ( dengan menggunakan kabel penghubung)
6.      Memeriksa kembali rangkaian

E.     Langkah-langkah Percobaan
a.       Keadaan Normal
1.      Menghidupkan catu daya. Tegangan awal yang diberikan sebesar 3V
2.      Menutup sakelar (menutup rangkaian)
3.      Mengamati keadaan lampu
4.      Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
5.      Mencatat pada waktu ke berapa kawat mulai panas atau terputus.
6.      Mengulangi langkah 1- 7 untuk tegangan  yang berbeda ( tegangan 6V dan 9V)
7.      Mengulangi langkah  1-8 untuk kawat yang berbeda (kawat sakering, kawat tembaga)

b.      Keadaan Hubungan Pendek

1.      Menghidupkan catu daya. Tegangan awal yang diberikan sebesar 3V
2.      Menutup sakelar (menutup rangkaian)
3.      Mengamati keadaan lampu
4.      Membuat hubungan pendek pada rangkaian  dengan cara menghubungkan titik  A dan titik B dengan jembatan penghubung.
5.      Mengamati keadaan lampu dan sakering.
6.      Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
7.      Mencatat pada waktu ke berapa kawat mulai panas atau terputus.
8.      Mengulangi langkah 1- 7 untuk tegangan  yang berbeda ( tegangan 6V dan 9V)
9.      Mengulangi langkah  1-8 untuk kawat yang berbeda (kawat sakering, kawat tembaga)

F.      Data
a.       Keadaan Normal
No
Keadaan Rangkaian
Tegangan (volt)
Jenis Kawat
Keadaan Lampu
1
 Keadaan Hubungan Normal
6
Besi
Menyala
2
9
Menyala
3
12
Menyala
4
6
Sakering
Menyala
5
9
Menyala
6
12
Menyala
7
6
Tembaga
Menyala
8
12
Menyala

b.      Keadaan Hubung Pendek
No
Keadaan Rangkaian
Tegangan (volt)
Jenis Kawat
Waktu (sekon)
Keadaan lampu
Keadaan Kawat
1
Hubung pendek
6
Besi
180
Tidak Menyala
Hangat
2
9
180
Tidak Menyala
Hangat
3
12
180
Tidak Menyala
Hangat
4
6
Sakering
180
Tidak Menyala
Panas
5
9
16
Tidak Menyala
Terputus
6
12
1
Tidak Menyala
Terputus
7
6
Tembaga
180
Tidak Menyala
Hangat
8
12
180
Tidak Menyala
Hangat

G.    Analisis
Waktu yang diperlukan untuk melakukan percobaan beserta pengambilan data adalah ±60 menit. Dimana waktu untuk mempersiapkan alat 15 menit, kemudian pengambilan data 40 menit dan membereskan alat 5 menit.
a.       Pada saat rangkaian dalam keadaan normal, lampu menyala karena ada arus yang mengalir ke lampu. Semakin besar tegangan yang diberikan maka nyala lampu semkain  terang. Hal ini sesuai dengan bunyi hukum ohm bahwa, arus yang mengalir dalam suatu konduktor besarnya berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatannya. Lamu mempunyai hambatan, namun hambatannya cuku kecil sehingga arus  masih bisa lewat dan lampu masih bisa menyala.

b.      Pada saat rangkain dalam keadaan hubung pendek, lampu tidak menyala. Karena, jenis rangkaian tersebut adalah rangkaian seri, jika dihubung pendek maka arus yang mengalir pada lampu akan terputus. Panas atau tidaknya suatu kawat penghantar, atau bahkan putus dipengaruhi oleh keadaan fisis kawat itu sendiri. Seperti kawat besi dan kawat tembaga lebih tebal daripada  kawat sakering. Hal ini berarti hambatannya lebih besar. Sehingga pada saat arus mengalir melalui kawat-kawat tersebut hanya akan menimbulkan hangat saja pada kawat besi dan tembaga. Hangat ini disebabkan oleh sebagian energi listrik diubah menjadi energi panas, serta secara mikroskopis didalam kawat tersebut terjadi tumbukan anatar elektron dengan atom-atom. Berbeda hal nya dengan kawat sakering. Kawat sakering secara fisis lebih tipis daripada kawat besi, sehingga kawat sakering memiliki hambatan lebih kecil daripada kawat besi dan tembaga. Pada saat rangkaian dihubung pendek, kawat sakering mula-mula merah membara kemudian terputus. Waktu yang diperlukan untuk eksperimen ini adalah untuk siswa, kami berasusmi bahwa mereka dapat menyelesaikan praktium ini dalam waktuKemungkinan penerapan pada kehidupan sehari-hari instalasi listrik rumah tangga menggunakan Rangkaian pararel. Kabel-kabel yang digunakan pada instalasi listrik rumah tangga adalah kabel yang isinya kawat sakering. Ketika terjadi hubungan pendek, kawat sakering terputus sendiri sehingga mencegah terjadinya kebakaran.

Referensi:
___.2008.Kumpulan Panduan Conoh-contoh Percobaan Fisika SMP.Pudak