Rabu, 30 Oktober 2013

Bermula dari Membangun Cinta untuk Fisika ^^



     Seperti kata para motivator yang pernah membahas tentang cinta, cinta itu bukan kata benda yang tak bisa kita ubah keadaannya, tapi cinta adalah kata kerja yang bisa kita munculkan dengan adanya usaha dari dalam diri kita. Maka karena cinta adalah kata kerja mari ubah persepsi kita tentang jatuh cinta dengan membangun cinta. ^^
Itu hanya prolog saja… bahasan sesungguhnya adalah Bagaimana agar Pembelajaran Fisika bisa Efektif di SMP/SMA dan mengubah persepsi siswa yang tidak menyukai fisika. Seperti judul diatas, semua bermula dari membangun cinta untuk Fisika. Lalu bagaimana caranya?
1.      Awal pertemuan yang baik
Awal pertemuan memang sangat penting, pertemuan pertama akan menentukan kesan dihati para siswa. Maka buatlah mereka terpana di pertemuan pertama. Tak perlu wajah cantik atau tampan, cukup dengan tersenyum ramah, dan perkataan yang baik. Pertemuan pertama yang baik akan menimbuklan kesan yang baik di hati siswa. Sehingga saat jam pelajaran akan lebih mudah membuat mereka mau mendengarkan kita.
2.      Pendeskripsian apa itu Fisika
Kita deskripsikan apa gunanya fisika dalam kehidupan sehari hari, hal hal unik dari ilmu Fisika, dan fakta-fakta yang menakjubkan tentang Fisika.
Ya, pendeskripsian inilah yang saya rasakan bisa membantu saya yang dahulu tidak begitu respek dengan fisika, dapat membangun cinta untuk fisika dalam diri ini.
Perkataan para dosen yang membuat saya bergidik dan takjub itu membuat saya terpana. Merasakan dan berpikir betapa hebatnya ilmu fisika.
“ Selamat datang di dunia NYATA, selamat datang di dunia FISIKA.” (saat perkenalan jurusan pada mahasiswa baru)
Mengapa dikatakan dunia nyata? Karena fisika itu ilmu yang mengusahakan atau memikirkan sesuatu yang tidak nyata menjadi nyata.
Kata-kata seperti itulah yang menbuat saya menyadari bahwa peran guru di awal pengajaran adalah menyampaikan persepsi persepsi yang baik tentang mata pelajaran itu, namun bukan persepsi yang dibuat-buat.
Karena penyampaian guru memengaruhi cara berpikir murid, maka pengetahuan yg luas dan cara bicara guru akan sangat penting.
3.      Tidak menyebabkan suasana tegang
Karena sering kali Fisika itu memusingkan, maka buatlah suasana yang menyenangkan dan membuat para siswa bersemangat. Jika dibwa tegang atau harror, maka siswa akan sering mengantuk dan tak akan menantikan pelajaran fisika.
4.      Menguasai materi
Suasana menyenangkan tapi kita tak menguasai materi? Jangan harap siswa mau mendengarkan kita! Maka kuasai materi sebelum kita akan mengajar.J
Jika kita mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, kita dapat meyakinkan siswa dengan wibawa kita, sehingga mereka percaya dengan apa yang dikatakan oleh gurunya, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran yang diajarkan.
5.      Jadilah seorang pendidik yang ramah dan komunikatif.
Berusahalah untuk tersenyum saat bertemu dengan siswa, karena tersenyum dapat menenangkan hati orang yang kita temui. Dan juga berusahalah agar kita bisa menjadi pribadi yang menyenagkan saat diajak bicara oleh siswa.

Saudara Seiman



aida mau share sebuah kisah inspiratif~ :D
selamat membaca ^^
Kisah dibawah ini merupakan salah satu dari banyaknya kisah yang terdapat dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya Salim A Fillah, mangga dibaca, semoga dapat membuat kita semakin menyadari arti saudara seiman ^^

Suatu hari Umar bin khattab sedang duduk di bawah sebatang pohon kurma. Surbannya di lepas, menampakkan kepala yang rambutnya mulai teripis di beberapa bagian. Di atas kerikil ia duduk, dengan cemeti umatar nya tergeletak di samping tumpuan lengan. Di hadapannya para pemuka shahabat bertukar pikiran dan membahas berbagai persoalan. Ada anak muda yang tampak menonjol di situ. Abdullah ibn Abbas. Berulang kali Umar memintanya berbicara.
Jika perbedaan wujud, Umar hampir selalu  bersetuju dengan Ibnu Abbas. Ada juga Salman Al-Farisi yang tekum menyimak. Ada juga Abu Dzar Al-Ghifari yang sesekali bicara berapi-api.
Pembicaraan mereka segera terjeda. Dua orang pemuda berwajah mirip datang dengan mengapit pria belia lain yang mereka cekal lengannya. “Wahai Amirul Mukminin,” Ujar salah satu berseru-seru, “Tegakkanlah hukun ALLAH atas pembunuhan ayah kami ini!”
Umar bangkit. “Takutlah kalian kepada ALLAH!” hardiknya, “Perkara apakah ini?”
kedua pemuda itu menegaskan bahwa pria belia yang mereka bawa ni adalah pembunuh ayah mereka. Mereka siap mendatangkan saksi dan bahkan menyatakan bahwa si pelaku ini telah mangaku. Umar bertanya kepada sang tertuduh. “Benarkah yang mereka dakwakan kepadamu ini?”
“Benar wahai Amirul Mukminin!”
“Engkau tidak menyangkal dan di wajahmu kulihat ada sesal!” ujar Umar menyelidik dengan teliti. “Ceritakanlah kejadiannya!”
“Aku datang dari negeri yang jauh” kata belia itu. “Begitu sampai di Kota ini ku tambatkan kudaku di sebuah pohon dekat kebunmilik keluarga mereka. Ku tinggalkan ia sejenak untuk mengurus suatuhajat tanpa aku tahu ternyata kudaku mulai memakan sebagian tanaman yang ada di kebun mereka.”
“Saat aku kembali,” lanjutnya sembari menghela nafas, “Kulihat seorang lelaki tua yang kemudian aku tahu adalah ayah dari kedua pemuda ini sedang memukul kepala kudaku dengan batu hingga hewan malang itu tewas menggenaskan. Melihat kejadian itu, aku di bakar amarah dan kuhunus pedang. Aku khilaf, aku telah membunuh lelaki tua itu. Aku memohon ampun kepada ALLAH karenanya”
Umar tecenung.
“Wahai Amirul mukminin,” kata salah satu dari kedua kakak beradik itu, “Tegakkanlah hukum ALLAH. Kami meminta qishash atas orang ini. Jiwa dibayar dengan jiwa.”
Umar melihat pada belia tertuduh itu. Usianya masih sangat muda. Pantas saja dia mudah dibakar hawa amarah. Tapi sangat jelas bahwa wajahnya teduh. Akhlaknya santun. gurat-gurat sesal tampak jelas  membayang di air mukanya. Umar iba dan merasa alangkah sia-sianya jika anak muda penuh adab dan berhati lembut ini harus mati begitu pagi.
“Bersediakah kalian,” ucap Umar ke arah dua pemuda penuntut Qishash, “Menerima pembayaran diyat dariku atas nama pemuda ini dan memaafkan nya?”
Kedua pemuda itu saling pandang,”Demi ALLAH, hai Amirul mukminin” jawab mereka, “Sungguh kami sangat mencintai ayah kami. dia telah membesarkan kami dengan penuh cinta. keberadaannya di tengah kami takkan terbayar dan terganti dengan diyat sebesar apapun. Lagipula kami bukanlah  orang miskinyang menghajatkan harta. Hati kami baru akan tenteram jika Had di tegakkan!”
Umar terhenyak. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya pada sang terdakwa.
“Aku ridha hukum ALLAH di tegakkan atasku, wahai Amirul Mukminin” kata si belia dengan yakin. “Namun ada yang menghalangiku untuk sementara ini. Ada amanah dari kaumku atas beberapa benda maupun perkara yang harus aku sampaikan kembali pada mereka. demikian juga keluargaku. aku bekerja untuk menafkahi mereka. Hasil Jerih payah di perjalanan terakhirku ini harus aku serahkan pada mereka sembari berpamitan memohon ridha dan keampunan ayah ibuku”
Umar terhenyuh. Tak ada jalan lain. hudud harus di tegakkan. Tetapi pemuda itu juga memiliki amanah yang harus di tunaikan. “Jadi bagaimana?” tanya Umar.
“Jika engkau mengijinkanku, wahai Amirul Mukminin, aku minta waktu tiga hari untuk kembali ke daerah asalku guna menunaikan segala amanah itu. Demi ALLAH, aku pasti kembali di hari ketiga untuk menetapi hukumanku. Saat itu tegakkanlah had untukku tanpa ragu, wahai putra Al-Khattab”
“Adakah orang yang isa menjaminmu?”
“Aku tidak memiliki seorangpun yang kukenal di kota ini hingga dia bisa kuminta menjadi penjamin ku. Aku tak memiliki seorangpun penjamin kecuali ALLAH yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
“Tidak! Demi ALLAH, tetap harus ada seseorang yang menjaminmu atau aku tak bisa mengizinkanmu pergi.”
“Aku bersumpah dengan nama ALLAH yang amat keras azabnya. Aku takkan menyalahi janjiku.”
“Aku percaya, tapi tetap harus ada manusia yang menjaminmu!”
“Aku tak punya!”
“Wahai Amirul Mukminin!” terdengar sebuah suara yang berat dan berwibawa menyela. “Jadikan aku sebagai penjamin anak muda ini dan biarkanlah ia menunaikan amanahnya!” inilah dia, Salman Al Farisi yang tampil mengajukan diri.
“Engkau hai Salman, bersedia menjamin anak muda ini?”
“Benar. Aku bersedia!”
“Kalian berdua kakak beradik yang mengajukan gugatan,”panggil Umar, “Apakah kalian bersedia menerima penjaminan dari Salman Al Farisi atas orang yang telah membunuh ayah kalian ini? Adapun Salman demi ALLAH, aku bersaksi tentang dirinya bahwa dia lelaki ksatria yang jujur dan tak sudi berkhianat”
Kedua pemuda itu saling pandang. “Kami menerima,” kata mereka nyaris serentak.
—————————————————————-
Waktu tiga hari yang disediakan untuk sang terhukum nyaris habis. Umar gelisah tak karuan. Dia mondar mandir sementara Salman duduk khusu’ di dekatnya. Salman tampak begitu tenang padahal jiwanya di ujung tanduk. Andai lelaki pembunuh itu tak datang memenuhi janji, maka dirinyalah selaku penjamin yang akan menggantikan tempat sang terpidana untuk menerima qishash.
Waktu terus merambat. Belia itu masih belum muncul.
Kota Madinah mulai terasa kelabu. Para shahabat berkumpul mendatangi Umar dan Salman. Demi ALLAH, mereka keberatan jika Salman harus di bunuh sebagai badal. Mereka sungguh tak ingin kehilangan sahabat yang pengorbanannya untuk islam begitu besar itu. Salman seorang sahabat yang tulus dan rendah hati. Dia di hormati. Dia dicintai.
Satu demi satu, dimulai dari Abi Darda’, beberapa shahabat mengajukan diri sebagai pengganti Salman jika hukuman benar-benar dijatuhkan padanya. Tetapi Salma menolak. Umar juga menggeleng.
Matahari semakin langsir ke Barat. Kekhawatiran Umar makin memuncak. Para shahabat makin kelut dan sedih. Hanya beberapa saat menjelang habisnya batas waktu, tampak seseorang datang dengan berlari tertatih dan terseok. Dia pemuda itu, sang terpidana.
“Maafkan aku,” ujarnya dengan senyum tulus sembari menyeka keringat yang membasahi sekujur wajah, urusan dengan kaumku itu ternyata berbelit dan rumit sementara untaku tak sempat istirahat. Ia kelelahan nyaris sekarat dan terpaksa kutinggal di tengah jalan. aku harus berlari-leri untuk sampai kemari sehingga nyaris terlambat.”
Semua yang melihat wajah dan penampilan pemuda ini merasakan satu sergapan iba. semua yang mendengar penuturannya merasakan keharuan yang mendesak-desak. Semua tiba-tiba merasa tak rela jika sang pemuda harus berakhir hidupnya di hari itu.
“Pemuda yang jujur” ujar Umar denganmata berkaca-kaca, “Mengapa kau datang kambali padahal bagimu ada kesempatan untuk lari dan tak harus mati menanggung qishash?”
“Sungguh jangan sampai orang mengatakan,” kata pemuda itu sambil tersenyum ikhlas, “Tak ada lagi orang yang tepat janji. dan jangan sampai ada yang mengatakan, tak ada lagi kejujuran hati di kalangan kaum muslimin”
“Dan kau Salman,” kata Umar bergetar, “Untuk apa kau susah-susah menjadikan dirimu penanggung kesalahan dari orang yang tak kau kenal sama sekali? Bagaimana kau bisa mempercayainya?”
“Sungguh jangan sampai orang bicara,”  ujar Salman dengan wajah teguh, “Bahwa tak ada lagi orang yang mau saling membagi beban dengan saudaranya. Atau jangan sampai adayang merasa, tak ada lagi saling percaya di antara orang-orang Muslim.”
“ALLAHU AKBAR!” kata Umar, “Segala puji bagi ALLAH. kalian telah membesarkan hati ummat ini dengan kemuliaan sikap dan agungnya iman kalian. Tetapi bagaimanapun wahai pemuda, had untukmu harus kami tegakkan!”
Pemuda itu mengangguk Pasrah.
“Kami memutuskan…” Kata kakak beradik penggugat tiba-tiba menyeruak, “Untuk memaafkannya.” mereka tersedu sedan.
“Kami melihatnya sebagai seorang yang berbudi dan tepat janji. Demi ALLAH, pasti benar-benar sebuah kekhilafan yang tak disengaja jika dia sampai membunuh ayah kami. Dia telah menyesal dan beristighfar kepada ALLAH atas dosanya. Kami memaafkannya. Janganlah menghukumnya, wahai Amirul Mukminin”
“Ahamdulillah!, Alhamdulillah!” ujar Umar. Pemuda terhukum itu sujud syukur. Salman tak ketinggalan menyungkurkan wajahnya ke arah kiblat mengagungkan Asma ALLAH, yang kemudia bahkan diikuti oleh semua hadirin.
“Mengapa kalian tiba-tiba berubah pikiran?” tanya Umar pada kadua ahli waris korban.
“Agar jangan sampai ada yang mengatakan,” jawab mereka masih terharu, “Bahwa di kalangan kaum muslimin tak ada lagi kemaafan, pengampunan, iba hati dan kasih sayang”

Sumber: Dalam Dekapan Ukhuwah - Salim A Fillah

Cerita Singkat Mengenai seorang Aida Rahma ^^

Ini merupakat cerita singkat yang mungkin bisa mengenalkan diri saya kepada teman-teman. ^^
Saat ini (Oktober 2013) saya adalah seorang mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia, tepatnya di Jurusan Pendidikan Fisika. jangan berpikir bahwa saya seorang yang pintar atau seorang yang suka dengan Fisika, namun saya hanya seorang yang ingin menuntut ilmu dan sedang berusaha menyukai Fisika, dan ingin mengubah pandangan orang-orang -termasuk saya- terhadap fisika menjadi fisika yang menyenangkan :D
meski ini bukan lah hal yang benar benar saya inginkan saat dulu, tapi saat ini saya sudah bisa menerima dan bersyukur ada di Jurusan Pendidikan Fisika ^^

pasti penasaran kan kenapa bisa kaya gitu? emang dulu pengen kemana? penasaran kan? :D *haduuh pede amat ya -_-
hahaha.. baiklah saya kan bercerita kehidupan saya sebelum masuk UPI :D
dulu saya pernah bersekolah di SDN Kebon Gedang VI, SMPN 27 Bandung, dan SMAN 10 Bandung.
waktu SD hidup saya bisa dibilang flat deh -_- hahaha.. kelas VI saya pengen bgt masuk ke SMPN 14 Bdg, namun apalah daya, meski sudah diikutkan bimbel oleh orang tua, saat pengumuman hasil tes saya kurang 1 point #nyesek -,- dan akhirnya jatuhlah saya di pilihan kedua SMPN 27 Bandung dengan kelibihan banyak point

Kehidupan saya di SMPpun sama masih flat, namun masih bisa bersosialisasi dgn teman sekitar, meski berkumpul hanya dengan orang itu-itu saja, saat SMP bisa dibilang saya komik maniak. kecanduang komik yang parah gara-gara ada taman bacaan yang deket dari sekolah, harganya murah, waktu pinjem yang lama.  saat kelas IX saya berusaha jangan sampai kegagalan waktu SD terulang kembali, kelas IX saya berusaha untuk menghindari komik untuk sementara waktu, rajin bimbel, dll. dan akhirnya pengumuman penerimaan siswa baru saya diterima di SMA pilihan pertama saya, yaitu SMAN 10 Bandung
.
.
.
dan kenangan manispun berawal disini... :)
Di SMAN 10 Bandung, saya mengenal IRMA LUQMAN. apa sih IRMA Luqman?
IRMA Luqman adalah suatu ekstrakulikuler yang berbentuk organisasi keislaman di SMAN 10 Bdg, atau bisa kita bilang ROHIS. disini saya mulai mengenal PGRQ (Pembinaan Generasi Rabbani Qur'ani). di PGRQ saya mengetahui bahwa menjadi seorang muslim itu tak hanya sekedar tahu untuk diri sendiri, namun menjadi seorang muslim itu wajib hukumnya untuk mengajak teman temannya menuju kebaikan. disini saya belajar bahwa DAKWAH itu wajib bagi setiap muslim.
di IRMA Luqman saya mengenal dan merasakan indahnya UKHUWAH ISLAMIYAH. indahnya saling berbagi, saling perhatian, saling nasehat dan menasehati dalam kebaikan, dan saling mengerti akan saudaranya.
banyak sekali kenangan yang saya ingat dari teman teman semua..
mulai dari awal mula PGRQ saat kelas 10 bersama teh Fiola, Yuniar, Marta, Lulus, Bella.. lalu lingkaran PGRQ semakin membesar dengan bertambahnya teman teman lain (Rizka, Brili, Sari, Riani, Meina, Dimas, Rikma, Wiki, Yosie, Nurul, Yenyen, RIka, Dewina, Denanti, Mayumi, Linlin, Andamsay, Helma, Dyahrini, Ilma)
saat saat Rihlah, nyiapin ifthar bareng (mulai dari nasi yg ga jadi, makanan ke asinan, dll.. asli merasa bersalah sama ikhwan.. 'afwan yaa :) ), ngementor P3I, nyeret nyeret temen temen buat talaqqi, saat kepengurusan, dll.. itu adalah kenangan tak terlupakan.. meski sering dibuat kesaaaal, tapi banyak hikmah yang bisa sya ambil dari kehidupan SMA saya. :)
haha.. seengganya kehidupan SMA saya ngga flat lah, rada rada bergelombang XD

eh, napa jadi ngomongin IRMA Luqman ya? =="
haha.. back to topic..
jadi saat SMA saya teh oleh orang tua diharapkan untuk bisa melajutkan jejak Kakak saya untuk bisa berkuliah di sebuah PTN ternama di Bandung, namun apalah daya karena kurangnya usaha saya, dan tingkat kemalasan yang tinggi dari kelas X, maka SNMPTN undangan pun tak lolos.. dan akhirnya setelah ikut intensif bimbel nananaana.. saya ikut tes SBMPTN, dgn pilihan masih ke PTN tsb plus jurusan pend. fisika itu. dan ternyata setelah pengumuman saya diterima di jurusan pendidikan fisika.. hehehe :D

sedih ga sih ga keterima di PTN yang pertama? hmm.. sedih sih iya, tapi hidup tetap harus dilanjutkan, dan berusaha menerima apa yg sudah ditetapkan, dengan cara melihat banyak sisi positifnya..
trus apa sisi positif yang sudah kamu dapatkan? ngg.. banyak banget ternyata setelah dijalani.. salah satunya kondisi lingkungan di UPI saya sangat suka kondusif banget bahkan untuk UKM Keislaman ada sampai 6 UKM dan ditambah 1 lembaga keislaman di UPI yaitu TUTORIAL yang mengurusi tutoring dan seminar keislaman untuk para mahasiswa baru pengontrak PAI dan SPAI, sebelah fakultas ada pesantren DT. pokoknya islami deh. seengganya dgn lingkungan yg seperti itu saya bisa menghindari terjerumus pada pergaulan bebas, dan sifat hedonisme.
takut ga kalau terjerumus ke aliran sesat? hmm.. takut ga ya?? :D haha.. asal kita berpikiran kritis, mau mempelajari islam secara kaffah, dan ga kudet tentang perkembangan dunia saat ini.. in syaa Allaah bisa kita hindari terjerumus kesana. dan salah satu cara untuk mengantisipasinya saya ikut kepengurusan TUTORIAL PAI SPAI DPU UPI.. ^o^// hahah..  dan juga buat biar ga kudet, saya berusaha ikut himpunan, yaitu HMF FPMIPA UPI. (paragraf ini disunting pada Mei 2015 :D )
Bismillaah.. semoga bisa istiqomah. ^^

begitulah cerita singkat ttg Aida Rahma yang berbelit-belit ini :D
ohiya satu quote yang saya jadikan motoo hidup, semoga menginspirasi
"Fokuslah pada apa yang kamu TUJU, bukan pada apa yang kamu TAKUTI." Anthony Robbins
La Tahzan.. Innallaaha ma'ana ^^ 
wakafa billaahi syahiida
wakafa billaahi wakiila
wakafa billaahi hisaaba