Sabtu, 02 September 2017

Jilbab yang Seperti itu untuk Si(Apa)?

“Da, kamu pake jilbab kaya gini karena keinginan atau karena UKM?” Tanya salah seorang teman laki-laki kelasku (di kampus) saat kami berada di dalam lift

Deg. Aku menoleh kaget mendapat pertanyaan seperti itu secara tiba-tiba, lalu aku sedikit merenung untuk dapat menjawab pertanyaan itu dengan tepat.
Tiiing.. pintu lift di lantai 4 terbuka. Kami semua keluar dari lift.
“Kok tiba-tiba nanya gitu sih? Jadi berasa lagi diwawancara.. haha” tanyaku untuk mencairkan suasana.
“Nanya aja, abis jilbabnya beda sama kebanyakan orang. Jadi karena keinginan sendiri atau tuntutan UKM?.” Tanyanya kembali.
“Yaelah, semejak ospek di kampus juga jilbab saya juga udah kaya gini kali, kan waktu ospek belum milih UKM,” Jawaban yang menggantung memang, tapi aku yakin dia dapat menangkap maksud perkataanku.
“Hayo ih cepet, malah jadi ngobrol. Kesiangan nih.” Kata temanku yang lainnya

Dan oke, pertanyaan temanku ini membuat ku berpikir ulang.. dulu kenapa aku memutuskan berjilbab seperti ini? Dan kenapa ya aku bisa bertahan jilbab seperti ini di tengah-tengah para remaja yang sudah teracuni oleh fashion zaman ini? Yang bisa kita lihat sendiri, para remaja sudah berlomba-lomba menggunakan pakaian yang serba mini, dan juga banyak hijabers dengan gaya kerudung mereka yang ‘kreatif’.  Sepertinya perlu flashback nih, awal mula aku berjilbab ^^

Aku baru mengazamkan diri untuk mulai memakai jilbab saat di kelas X, meski sebenernya keiingin berjilbab sudah ada dari SMP, tapi baru berani berubah saat SMA. Alasan awal mengapa aku berjilbab adalah karena aku tidak nyaman memperlihatkan aurat. Hanya sebatas ketidaknyamanan. Disaat itu aku belum mengerti akan hukumnya berjilbab, pentingnya, ataupun manfaat berjilbab, karena aku bukan seorang dari keluaga yang pemahaman akan islamnya kuat.

Sampai sutu hari dimana aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Rohis di sekolahku. Karena ingin ada perubahan dalam diri ini untuk menjadi insan yang lebih baik dan religius. Untuk sesaat aku ragu, saat melihat teteh-teteh rohisnya berjilbab panjaaaang, saat aku bandingkan dengan diri sendiri jilbabku masih pendek, tipis,  pokonya sangat-sangat jauh berbeda dengan penampilah mereka.. emang sih bikin minder, tapi entah mengapa melihat mereka itu berasa teduuh~, apalagi mereka sangat ramah dalam menyambut adik kelasnya, dimulai cipika-cipiki, memperkelankan diri mereka, bertanya nama kita, dan sepanjang proses itu mereka tak pernah kehilangan senyuman.sikap sederhana yang menmbuat kita saat itu juga merasa nyaman dalam komunitas itu.

Itu hanya prolog dari awal semuanya, berikutnya kami para murid baru akhwat yang tergabung dalam rohis dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok satu pembimbing yang merupakan alumni sekolah pada suatu kegiatan yang dinamakan mentoring. Apa mentoring? Ia adalah suatu metode pembelajaran, pembinaan yang rutin sepekan sekali diadakan yang hanya terdiri dari 10-12 org perkelompok, dengan berbagai runtutan kegiatan hehe. Dari mulai tilawah, hafalan, kultum, dan berbagai materi keislaman yang belum kami tahu. Mulai dari penguatan aqidah, meluruskan cara ibadah, menambah wawasan keislaman, dan adab2 dalam kehidupan, bahkan membahas mengenai adab pakaian seorang muslimah. Ya selain dari melihat contoh, aku mengetahui adab berpakaian dalam kegiatan mentoring ini, mentor kami memberitahu kenapa sih kami harus memakai jilbab, apa manfaat nya jika memakainya dan apa dampaknya jika kami tidak memakainya dengan dikaitkan dengan rasa sayang pada orangtua kami, lalu bagaimana jilbab yang seharusnya.

Aku baru mengetahui bahwa syarat pakaian seorang muslimah itu harus menutupi seluruh tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan, selain itu tidak boleh transparan, dan ketat. Minimalnya jilbab adalah sampai menutupi dada.

Ya setiap perubahan perlu proses, dari teladan teteh-tetehku, dan juga ilmu yang aku dapatkan aku mencoba untuk mengamalkannya secara berproses, dari awal yang masih pake jins, belum terbiasa pake kaoskaki kemana-mana dan kerudung carang, aku mulai mengubahnya jadi memakai rok, membiasakan berkaos kaki, dan berusaha mendouble kerudung parisku, setelah itu selama di sekolah setelah semester dua aku coba untuk menjulurkan jilbabku untuk menutupi dada meskipun belum secara mengeliling.

Sampai akhirnya di kelas dua aku melihat rekanku yang juga berasal dari SMP yang sama dahulu, sudah mulai menggunakan jilbab yang menutupi dadanya secara mengeliling pdahal kami memulai titik hijrahnya sama ketika dalam mentoring yang sama, hal ini lah yang membuatku termotivasi untuk mulai melanjutkan hijrahku, menyempurnakan jilbab menuju syarat minimal pakaian seorang muslimah. Saat di awal bulan ramadhan aku coba untuk menggunakan kerudung yang panjang, dan suprise banget teman sebangku-ku juga mulai mengenakannya di hari yang sama, seakan sinyal dari Allaah untuk menguatkan diri melanjutkan proses perubahan penampilanku. Dan sungguh menggunakan kerudung panjang yang sesuai dengan syarat minimal pakaian seorang muslimah itu begitu nyaman dan menentramkan hati.

Meski sadaaar banget pake jilbab kaya gini tuh kelakuan sendiri masiiih jauh dari kata anggunnya seorang muslimah, ibadah yang masih di bawah standar, dan terutama pandangan aneh orang-orang sekitar termasuk keluarga juga cukup menghantui perjalan perubahan penampilan ini. Hal-hal ini yang sering bikin kita menunda/menurunkan semangat untuk merapihkan jilbab yang sesuai dengan syarat, tapi saat pemikiran itu muncul aku kembali teringat bahwa dengan memakai jilbab, justru itu adalah suatu komitmen awal dalam meningkatkan kualitas diri, setidaknya jangan sampai ketentraman hati akan kenyamanan berjilbab terkalahkan oleh was-was setan. Setidaknya dengan berjilbab yang benar kita sudah menutup satu kucuran dosa akibat memamerkan aurat, dan menstop sumbangan dosa pada orangtua kita. J

Terimakasih kepada teteh-teteh 2011, 2012, teteh-teteh alumni angkatan 2009, 2010, 2006, 2004 dll atas keteladanan yang kalian tularkan, atas senyuman yang kalian sunggingkan, atas wajah cerah yang kalian tunjukkan sehingga hidayah itu demi sedikit sampai pada hati yang kering ini untuk menuju jalanNya, hingga diri inipun terkuatkan untuk berusaha tetap istiqomah. Doakan adik kalian ini agar terus bisa istiqomah. Jazaakillaah khair J


FYI: maaf ya, jilbab yang saya maksud masih yang mengartikan kerudung, ada berbagai istilah dalam pakaian muslimah, yang bisa teman2 cari sendiri apa perbedaan, jilbab, khimar, dll nya hehe. maaf masih perlu belajar lagi dan belum bisa menjelaskan perbedaannya dalam curhatan ini, tapi semoga inti dari cerita ini bisa diambil hikmahnya hehe ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar