“Da,
kamu pake jilbab kaya gini karena keinginan atau karena UKM?” Tanya salah seorang
teman laki-laki kelasku (di kampus) saat kami berada di dalam lift
Deg. Aku menoleh kaget mendapat pertanyaan seperti itu
secara tiba-tiba, lalu aku sedikit merenung untuk dapat menjawab pertanyaan itu
dengan tepat.
Tiiing.. pintu lift di lantai 4 terbuka. Kami semua keluar
dari lift.
“Kok
tiba-tiba nanya gitu sih? Jadi berasa lagi diwawancara.. haha” tanyaku untuk
mencairkan suasana.
“Nanya
aja, abis jilbabnya beda sama kebanyakan orang. Jadi karena keinginan sendiri
atau tuntutan UKM?.” Tanyanya kembali.
“Yaelah,
semejak ospek di kampus juga jilbab saya juga udah kaya gini kali, kan waktu
ospek belum milih UKM,” Jawaban yang menggantung memang, tapi aku yakin dia
dapat menangkap maksud perkataanku.
“Hayo
ih cepet, malah jadi ngobrol. Kesiangan nih.” Kata temanku yang lainnya
Dan
oke, pertanyaan temanku ini membuat ku berpikir
ulang.. dulu kenapa aku memutuskan berjilbab seperti ini? Dan kenapa ya aku bisa
bertahan jilbab seperti ini di tengah-tengah para remaja yang sudah teracuni
oleh fashion zaman ini? Yang bisa kita lihat sendiri, para remaja sudah
berlomba-lomba menggunakan pakaian yang serba mini, dan juga banyak hijabers
dengan gaya kerudung mereka yang ‘kreatif’.
Sepertinya perlu flashback nih, awal mula aku berjilbab ^^
Aku
baru mengazamkan diri untuk mulai memakai jilbab saat di kelas X, meski
sebenernya keiingin berjilbab sudah ada dari SMP, tapi baru berani berubah saat
SMA. Alasan awal mengapa aku berjilbab adalah karena aku tidak nyaman
memperlihatkan aurat. Hanya sebatas ketidaknyamanan. Disaat itu aku belum
mengerti akan hukumnya berjilbab, pentingnya, ataupun manfaat berjilbab, karena
aku bukan seorang dari keluaga yang pemahaman akan islamnya kuat.
Sampai
sutu hari dimana aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Rohis di sekolahku.
Karena ingin ada perubahan dalam diri ini untuk menjadi insan yang lebih baik
dan religius. Untuk sesaat aku ragu, saat melihat teteh-teteh rohisnya
berjilbab panjaaaang, saat aku bandingkan dengan diri sendiri jilbabku masih
pendek, tipis, pokonya sangat-sangat
jauh berbeda dengan penampilah mereka.. emang sih bikin minder, tapi entah
mengapa melihat mereka itu berasa teduuh~, apalagi mereka sangat ramah dalam
menyambut adik kelasnya, dimulai cipika-cipiki, memperkelankan diri mereka,
bertanya nama kita, dan sepanjang proses itu mereka tak pernah kehilangan
senyuman.sikap sederhana yang menmbuat kita saat itu juga merasa nyaman dalam
komunitas itu.
Itu hanya prolog dari awal semuanya, berikutnya kami para
murid baru akhwat yang tergabung dalam rohis dikelompokkan menjadi 4 kelompok
dengan masing-masing kelompok satu pembimbing yang merupakan alumni sekolah
pada suatu kegiatan yang dinamakan mentoring. Apa mentoring? Ia adalah suatu
metode pembelajaran, pembinaan yang rutin sepekan sekali diadakan yang hanya
terdiri dari 10-12 org perkelompok, dengan berbagai runtutan kegiatan hehe. Dari
mulai tilawah, hafalan, kultum, dan berbagai materi keislaman yang belum kami
tahu. Mulai dari penguatan aqidah, meluruskan cara ibadah, menambah wawasan
keislaman, dan adab2 dalam kehidupan, bahkan membahas mengenai adab pakaian
seorang muslimah. Ya selain dari melihat contoh, aku mengetahui adab berpakaian
dalam kegiatan mentoring ini, mentor kami memberitahu kenapa sih kami harus
memakai jilbab, apa manfaat nya jika memakainya dan apa dampaknya jika kami
tidak memakainya dengan dikaitkan dengan rasa sayang pada orangtua kami, lalu
bagaimana jilbab yang seharusnya.
Aku baru mengetahui bahwa syarat pakaian seorang muslimah
itu harus menutupi seluruh tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan, selain
itu tidak boleh transparan, dan ketat. Minimalnya jilbab adalah sampai menutupi
dada.
Ya setiap perubahan perlu proses, dari teladan
teteh-tetehku, dan juga ilmu yang aku dapatkan aku mencoba untuk mengamalkannya
secara berproses, dari awal yang masih pake jins, belum terbiasa pake kaoskaki
kemana-mana dan kerudung carang, aku mulai mengubahnya jadi memakai rok,
membiasakan berkaos kaki, dan berusaha mendouble kerudung parisku, setelah itu
selama di sekolah setelah semester dua aku coba untuk menjulurkan jilbabku
untuk menutupi dada meskipun belum secara mengeliling.
Sampai akhirnya di kelas dua aku melihat rekanku yang juga
berasal dari SMP yang sama dahulu, sudah mulai menggunakan jilbab yang menutupi
dadanya secara mengeliling pdahal kami memulai titik hijrahnya sama ketika
dalam mentoring yang sama, hal ini lah yang membuatku termotivasi untuk mulai
melanjutkan hijrahku, menyempurnakan jilbab menuju syarat minimal pakaian seorang muslimah. Saat di awal bulan ramadhan aku coba untuk menggunakan
kerudung yang panjang, dan suprise banget teman sebangku-ku juga mulai
mengenakannya di hari yang sama, seakan sinyal dari Allaah untuk menguatkan
diri melanjutkan proses perubahan penampilanku. Dan sungguh menggunakan
kerudung panjang yang sesuai dengan syarat minimal pakaian seorang muslimah itu
begitu nyaman dan menentramkan hati.
Meski sadaaar banget pake jilbab kaya gini tuh kelakuan
sendiri masiiih jauh dari kata anggunnya seorang muslimah, ibadah yang masih di
bawah standar, dan terutama pandangan aneh orang-orang sekitar termasuk keluarga juga cukup menghantui perjalan perubahan penampilan ini. Hal-hal ini yang sering bikin kita menunda/menurunkan semangat untuk merapihkan
jilbab yang sesuai dengan syarat, tapi saat pemikiran itu muncul aku kembali
teringat bahwa dengan memakai jilbab, justru itu adalah suatu komitmen awal
dalam meningkatkan kualitas diri, setidaknya jangan sampai ketentraman hati
akan kenyamanan berjilbab terkalahkan oleh was-was setan. Setidaknya dengan
berjilbab yang benar kita sudah menutup satu kucuran dosa akibat memamerkan
aurat, dan menstop sumbangan dosa pada orangtua kita. J
Terimakasih kepada teteh-teteh 2011, 2012, teteh-teteh
alumni angkatan 2009, 2010, 2006, 2004 dll atas keteladanan yang kalian
tularkan, atas senyuman yang kalian sunggingkan, atas wajah cerah yang kalian
tunjukkan sehingga hidayah itu demi sedikit sampai pada hati yang kering ini
untuk menuju jalanNya, hingga diri inipun terkuatkan untuk berusaha tetap
istiqomah. Doakan adik kalian ini agar terus bisa istiqomah. Jazaakillaah khair
J
FYI: maaf ya, jilbab yang saya maksud masih yang mengartikan kerudung, ada berbagai istilah dalam pakaian muslimah, yang bisa teman2 cari sendiri apa perbedaan, jilbab, khimar, dll nya hehe. maaf masih perlu belajar lagi dan belum bisa menjelaskan perbedaannya dalam curhatan ini, tapi semoga inti dari cerita ini bisa diambil hikmahnya hehe ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar